10 Tahun Menjadi Musisi: Apakah Mikha Angelo Masih Seperti Dulu?

Kisah perjalanan Mikha Angelo dalam 10 tahun kariernya sebagai musisi, menghadapi industri musik yang silih bergeser

Nathania S. Alexandra
5 min readMar 29, 2023

“Setiap kata-kataku adalah katamu

Dirangkai dengan jiwa yang sama

Di keadaan berbeda

Kuharap hatimu sama”

Mikha Angelo bermain gitar sambil bernyanyi di studio TheOvertunes, Jakarta, 23 Maret 2023

Begitulah lirik tembang gubahan musisi favorit EN. Tulisan seorang Mikha Angelo di kala baru menginjak usia kepala dua yang menemani EN melalui titik terendah dalam hidupnya. “Untuk bisa bikin aku bangkit dari segala keterpurukanku,” kata perempuan berumur 22 tahun itu.

Menurut EN, Mikha bukan sekadar musisi dengan lagu-lagu bermakna dalam dan suara lembut khas yang belum bisa digantikan musisi lainnya. “Mikha adalah orang yang humble … penyemangatku dalam menjalani hari-hari dan role model-ku dalam bermusik,” tuturnya. Tahun ini menjadi tahun kesepuluh EN sebagai seorang penggemar, sekaligus perayaan satu dekade sejak dimulainya karier Mikha sebagai seorang musisi. Lalu, siapa sebenarnya sosok Mikha yang diidolakan EN itu?

Dia adalah Mikha Angelo

Umumnya, orang-orang akan mengenal Mikha Angelo sebagai seorang musisi solois sekaligus vokalis dari band TheOvertunes yang sempat menjadi kontestan dalam X-Factor Indonesia 2013 hingga tahap empat besar. Mungkin banyak yang mengenal sosok dan karyanya dari lagu “Sayap Pelindungmu” (2013), “Bicara” bersama Monita Tahalea (2019), atau soundtrack film “Cek Toko Sebelah” dan “Cek Toko Sebelah 2”. Yang tidak diketahui semua orang adalah bagaimana Mikha sudah memulai perjalanannya menuju karier sebagai musisi profesional jauh sebelum sepuluh tahun yang lalu. Perkenalan itu dimulai sangat dini sampai-sampai detail kapan Mikha mulai menggeluti musik menjadi ingatan yang kabur.

Belajar bermain gitar dan keyboard, mencoba produksi musik menggunakan aplikasi olah suara (digital audio workstation) gratisan, mulai menulis lagu, mengunggah karya-karya cover maupun orisinil di Soundcloud, hingga mempelajari ilmu rekayasa audio (audio engineering) adalah cerita singkat Mikha dalam memulai perjalanannya. Itulah yang membekali Mikha ketika ia akhirnya memulai karier sebagai musisi secara profesional saat membentuk band TheOvertunes bersama kedua kakaknya dan menjadi kontestan X-Factor Indonesia 2013.

“Sejujurnya aku sepuluh tahun lalu sama sekali ga kepikiran sepuluh tahun kemudian atau sekarang, tuh, bakal jadi kayak gimana,” ungkap Mikha. Berkaca ke waktu itu, ia melihat dirinya sebagai seorang anak 15 tahun yang hanya ingin menjadi penulis lagu. Tak terasa bagi Mikha kalau sepuluh tahun berlalu dan ia telah menjadi musisi fulltime yang memproduksi dan membawakan lagu-lagunya sendiri. Diskografinya pun menumpuk dengan dua album TheOvertunes, satu album solo, beberapa lagu untuk film layar lebar, hingga kini mencicil album ketiga bersama TheOvertunes.

Mikha benar-benar bertumbuh sebagai musisi bersamaan dengan dirinya yang juga semakin dewasa. Ia bukan lagi penulis yang membatasi dirinya pada lagu tentang hidup dan motivasi sederhana. Bukan juga lagu-lagu cinta yang terbatas pada rasa kasmaran. Lagu-lagu tulisannya sekarang lebih mencerminkan krisis-krisis hidup, pertanyaan-pertanyaan yang muncul di tengah hubungan antarmanusia, dan juga tentang menjadi seorang manusia. Kisah-kisah yang hanya ia pahami setelah menjalani dan mencicipi hidup sebagai seorang dewasa muda.

Perluasan selera juga menjadi poin perkembangan musikalitas Mikha. “Sekarang lebih self-discovery lewat musik dan banyak suka pop elektronik, even EDM (electronic dance music) gitu. Bahkan keluarga dan sekitarku ga banyak yang suka,” tuturnya. Gabungan-gabungan elemen dari berbagai lagu yang ia temukan akhirnya memperkaya referensi Mikha yang tadinya sangat tersentralisasi pada musik folk-pop dan jazz-pop.

Menurut Mikha, perkembangan dalam sisi produksi sudah menjadi sesuatu yang pasti terjadi. “Aku selalu tahu kapan aku lebih jago dibanding hari sebelumnya karena … aku tahu cara aku belajar kayak gimana,” pungkasnya. Mikha mengaku rajin mengasah kemampuan bermusiknya dengan mengulik secara mandiri. Hal ini yang juga diakui oleh adiknya, Luciano Andrew.

Sejak dirinya masih di sekolah dasar, Andrew sudah sering melihat kakaknya menyendiri di kamar sambil merekam dirinya bermain musik di komputer. “Tapi seru, mungkin dia passionate aja, ga peduli progres atau apa, jadi main terus,” ujarnya. Andrew mendeskripsikan tingkah kakaknya yang tidak bisa diganggu kalau sedang bermusik karena ia akan benar-benar meletakkan seluruh fokusnya ketika berkarya. Seperti itulah ketekunan Mikha dalam musiknya.

Mikha Angelo merekam vokal di dalam studio TheOvertunes, Jakarta, 1 Februari 2023

Menghadapi Tantangan Industri Musik

Justru hal-hal di luar musiklah yang menjadi tantangan bagi Mikha. “Hal di luar musiknya mulai nyebelin, sih … ya, untuk promosi musik aja sekarang untuk kedengeran sama orang aja harus ngikutin algorithm dari social media gitu, kan,” ungkap Mikha. Namun, algoritma dan media sosial tidak menghalangi Mikha untuk terus berkembang sebagai seorang musisi.

Lompatan terbesar bagi Mikha adalah semakin percaya diri dalam menyampaikan karya-karya musiknya. Suatu hal yang menjadi tuntutan besar di masa pergeseran industri musik yang kini semakin bergantung pada platform digital dan media sosial. “Kayaknya sekarang udah jauh lebih pede untuk accept bahwa aku penulis lagu, dan lagu (karyaku) ini pengen aku kasih tahu ke orang dengan cara apa,” tutur Mikha.

Rahasia Mikha mengatasi tantangan itu sederhana, yaitu kembali mengingat kembali tujuannya sebagai seorang musisi. Tugasnya adalah membuat musik yang terbaik dan berharap bahwa karyanya akan sampai kepada orang-orang yang tepat. “Buat aku yang paling penting dari dulu itu, sih. Ga mesti keren, ga mesti selalu diomongin. Tapi, peran kita (adalah) selalu give something through music,” kata Mikha.

Hal itulah yang ia pelajari berdasarkan pengalaman sepuluh tahun di industri yang sama. Buah pengalamannya juga adalah, “Lebih mengetahui aja sih apa yang perlu kita pelajarin, apa yang perlu kita let go, apa yang kita butuh dari orang lain, (dan) apa yang bisa kita kasih buat orang lain,” tutur Mikha. Pelajaran sederhana namun berarti dalam perkembangan diri Mikha, yang menurut dirinya dan pengakuan Andrew sang adik, sempat menjadi orang yang cukup keras kepala dan belum terbuka terhadap komentar.

Masih Seperti Dulu

Di balik seluruh pertumbuhan dan pendewasaan Mikha di tengah menjalani karier dalam industri musik yang dinamis, ia merasa dirinya tak pernah berubah. Mungkin dirinya yang sepuluh tahun lalu sedang terkesima dengan alat rekaman dan macam-macam model gitar, sedangkan dirinya sekarang lebih terhadap mendesain sebuah acara dan pengarahan seni. “Dalam satu sisi, aku ngerasa masih bisa ngelakuin ini secara long-term karena fire-nya masih ada untuk selalu discovering new things atau ketemu orang baru,” ujarnya.

Seolah menjawab harapan dalam lirik lagunya (“Hatimu Sama”), Mikha masih seperti dulu. Ia masih melihat dirinya sebagai seseorang yang ingin terus berharap, produktif, berkembang, dan bertemu orang-orang baru dengan semangat yang sama. Maka begitulah adanya, di masa depanpun, hati Mikha Angelo tetap sama.

Video Lirik “Hatimu Sama” oleh TheOvertunes

DISCLAIMER: Artikel ini disusun sebagai tugas mata kuliah Narrative Journalism, Program Sarjana Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia tahun ajaran 2022/2023.

— Nathania S. Alexandra, 2023

--

--

Nathania S. Alexandra

A story-teller and lover of tunes. Also known as Nathantania and mewseeshan.