Pengabadi Momen Konser: Mereka adalah Stage Photographer
Cerita salah satu pekerjaan di balik layar para musisi — fotografer panggung atau stage photographer.
Momen-momen konser musik adalah kisah yang penuh warna. Pengalaman ketika seseorang datang ke dalam sebuah konser adalah sesuatu yang dirasakan oleh berbagai indera manusia. Tidak hanya musik yang mengisi telinga, konser juga dipenuhi oleh tarian, teriakan, tangisan, dan senyum kebahagiaan baik di atas atau di bawah panggung.
Pemeran utamanya memang adalah para musisi yang beratraksi di atas panggung dengan segala kemampuan musikalitasnya. Namun, di balik pertunjukkan tersebut, ada pula mereka yang berusaha menangkap dan merekam momen-momen tersebut. Melalui lensa kamera mereka, kisah sebuah konser dapat terabadikan sebagai bukti bahwa peristiwa tersebut memang terjadi dan dibagikan dari tahun ke tahun. Itulah tugas para fotografer panggung alias stage photographer.
Hal paling penting bagi para stage photographer adalah untuk merekam momen di setiap konser musik melalui hasil fotonya. Itulah yang dikatakan oleh Dhendy Neqiu, M. Tubagus Rizky, dan Luthfi Ali Qodri — tiga pemuda generasi Z yang kini menekuni karier sebagai stage photographer dari musisi-musisi Indonesia. Walau memiliki fokus yang sama, yaitu mencari momen, mereka tetap memiliki kisah dan ciri khas yang berbeda sebagai seorang fotografer.
Bagi Dhendy Neqiu yang memang sedari awal sudah jatuh cinta dengan musik, karakter dari para musisi adalah hal yang paling ia cari. Stage photographer kelahiran 2001 itu mengaku ingin menonjolkan karakter musisi melalui foto-fotonya. Tidak hanya memainkan fokus dalam pengambilan gambar, Dhendy juga memberikan tone warna yang membuat hasil fotonya terlihat hidup.
Seperti itulah gaya Dhendy yang saat ini menjadi stage photographer dari band NTRL. Permainan saturasi yang disesuaikan dengan suasana panggung serta ekspresi para pemain adalah hal yang dapat diantisipasi. Dari tangkapan kamera Dhendy, sifat para musisi dan suasana konser dapat terbayang di kepala mereka yang melihat hasilnya.
Jika hasil foto Dhendy memperkuat momen dengan menonjolkan karakter musisi, maka M. Tubagus Rizky alias TB memperkuat momen dengan mendramatisir hasil tangkapan kameranya. Cara stage photographer Idgitaf itu memberikan efek dramatis adalah dengan bermain angle, warna, serta memanfaatkan lampu-lampu yang ada di panggung.
Sebelum mulai mengambil gambar, TB akan banyak mendengarkan lagu-lagu dari musisi yang akan ia foto untuk membayangkan suasana panggung. Stage photographer kelahiran 2000 itu juga akan bercengkrama dengan musisi dan kru belakang panggung untuk mencari tahu apa saja yang sudah direncanakan dalam pertunjukkan.
Ada pula stage photographer dari generasi Z yang lebih eksperimental dalam karya-karyanya, yaitu Luthfi Ali Qodri atau yang dikenal sebagai Laok. Mewariskan hobi dari ayahnya, stage photographer band The Panturas itu senang menggunakan kamera analog sebagai alat fotonya. Momen-momen konser yang ia tangkap terlihat unik juga dengan efek-efek yang ia berikan secara manual untuk memperkuat ciri khasnya sebagai stage photographer.
Laok akan mengantisipasi aksi-aksi panggung dari musisi yang akan difotonya dengan menonton video penampilan mereka. Dengan persiapan tersebut, stage photographer kelahiran 2002 itu dapat memperkirakan cara fotonya serta apa yang akan ia eksperimentasikan nantinya. Idealisme dan kreativitas Laok dalam menuangkan efek-efek distorsi secara manual dapat dilihat dari hasil-hasil fotonya yang unik.
Walau tidak dipandang sebagai pemeran utama, stage photographer tetap adalah bagian dari serangkaian pekerja di industri musik. Untuk itu, penting bagi para stage photographer untuk bersosialisasi serta menjaga sikap agar bisa melaju menjadi seseorang yang dikenal dalam industri. Ada pula aturan-aturan tidak tertulis yang perlu diperhatikan saat mengambil foto di konser musik yang diceritakan oleh Dhendy.
Tentunya dalam meniti karier sebagai stage photographer, seseorang tidak bisa langsung menjadi stage photographer ternama yang dipekerjakan band ternama juga. Laok bercerita bagaimana permulaan seseorang menjadi stage photographer juga bergantung pada bagaimana ia bersikap dengan senior-senior dalam industri.
Hal yang sama pun diamini oleh TB. Selain itu, ia juga menekankan bahwa untuk menjadi stage photographer profesional harus dilakukan dengan bertahap. Proses memulai dari pekerjaan-pekerjaan kecil sudah menjadi bagian dari menjadi seorang stage photographer.
Begitulah karier stage photographer dari pandangan para stage photographer sendiri. Namun, seperti apakah pendapat dari para musisi tentang mereka yang selama ini menemani di belakang layar sebagai tim dokumentasi?
Menurut Aliefia Augustine, vokalis band Sunwich, stage photographer adalah peran yang penting. Ketika mereka mengambil gambar, hasilnya tidak hanya menjadi portofolio pribadi bagi sang fotografer, namun juga menjadi portofolio bagi para musisi.
Tidak hanya gemar melihat dirinya dan band-nya yang tertangkap dengan bagus di kamera, Aliefia juga senang melihat momen-momen seru di konser yang terabadikan dalam foto. Ia dapat kembali mengingat hal-hal yang terjadi dalam tiap konser. Lalu, Aliefia juga senang melihat perjalanan band-nya melalui tiap konser yang dipenuhi para penggemar setia serta pendengar-pendengar baru.
Dokumentasi oleh stage photographer juga tidak kalah penting bagi tim di balik konser dan festival musik. Itulah yang disampaikan oleh Khalif Anant Pangastono, Social Media Specialist Synchronize Fest. Sebagai tim Synchronize Fest, foto tidak hanya berfungsi sebagai arsip.
Khalif menyebutkan bahwa foto-foto yang diambil dapat menjadi alat promosi dan branding dari konser dan festival musik di kemudian hari. Untuk itu, penting bagi panitia konser dan festival untuk memiliki tim stage photographer mereka. Berikut adalah hal-hal yang dicari oleh panitia konser dan festival dari para stage photographer menurut Khalif.
Profesi lainnya yang dibantu dengan adanya dokumentasi-dokumentasi di atas panggung adalah para jurnalis musik. Rafi Indra Jaya Putra atau yang lebih dikenal sebagai Fijep sebagai mahasiswa Jurnalisme di Universitas Padjajaran menyetujui bahwa foto dapat memperkuat artikelnya. Suasana konser yang digambarkan dalam artikel dapat diperkaya dengan foto-foto sebagai bukti bahwa kejadian tersebut memang benar terjadi.
Terakhir, tapi tidak kalah penting, adalah para pecinta musik. Mereka adalah orang-orang yang menggemari musisi-musisi tertentu, para pengejar konser-konser musik, dan langganan festival musik. Orang-orang inilah yang justru banyak menikmati hasil-hasil foto dari para stage photographer.
Itulah yang dikatakan oleh Ebenhaezer Qlyon, pecinta musik asal Jakarta Selatan yang juga gemar menonton konser musik. Menurut pemuda kelahiran 2000 itu, foto-foto membawanya kembali ke peristiwa konser yang pernah ia datangi. Qlyon dapat membayangkan lagi suasana di hari itu, dengan siapa ia menonton, hingga sampai alasan ia menonton konser tersebut. Foto menjadi sesuatu yang berharga baginya karena seluruh rangkaian peristiwa yang sudah terjadi tidak mungkin akan terulang lagi.
Selain untuk mengingat konser yang sudah pernah ia datangi, Qlyon juga gemar melihat foto-foto penampilan dari musisi-musisi favoritnya. Qlyon dapat membayangkan dirinya jika suatu hari menonton musisi-musisi favorit yang belum sempat ia tonton secara langsung. Terutama mereka yang berasal dari luar negeri.
Ternyata, karya para stage photographer memang menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Mulai dari para musisi, penggelar konser, jurnalis, maupun pecinta dan penggemar musik kompak setuju bahwa dokumentasi menjadi hal yang penting. Mungkin para musisi yang menciptakan pengalaman konser yang merdu, para penggelar konser yang mewadahi adanya pertunjukkan, jurnalis yang menceritakan kembali, dan penggemar yang memeriahkan konser. Tetapi jangan lupa bahwa para stage photographer-lah yang mengabadikan momen-momen itu untuk dikenang selamanya.
DISCLAIMER: Artikel ini disusun sebagai tugas mata kuliah Multimedia News Reporting, Program Sarjana Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia tahun ajaran 2022/2023.
— Nathania S. Alexandra, 2023
